Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan di Aceh Masih Mandek
Kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan di Provinsi Aceh rupanya masih menunjukkan kondisi stagnan. Hal ini diungkapkan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional berdasarkan hasil pemantauan perubahan perilaku masyarakat terhadap protokol kesehatan yang dilakukan selama periode 12 hingga 18 Juli 2021.
Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan di Aceh Masih Mandek
Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa persentase warga Aceh yang patuh menggunakan masker dan menjaga jarak tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Meski berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari edukasi hingga pengawasan di lapangan, namun angka kepatuhan tetap bertahan pada level yang sama.
Stagnansi yang Mengkhawatirkan
Stagnansi tingkat kepatuhan protokol kesehatan ini menjadi sorotan utama mengingat peran penting penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dalam memutus mata rantai penyebaran virus. Menurut Satgas Covid-19 Nasional, Aceh termasuk salah satu provinsi yang menunjukkan tren tidak berkembang dalam perilaku disiplin protokol kesehatan.
Dalam konteks pandemi yang belum berakhir, kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan. Apalagi varian baru virus corona terus bermunculan dan menyebar dengan cepat di berbagai wilayah. Penurunan kesadaran atau kurangnya perubahan perilaku di tengah masyarakat bisa menjadi pemicu lonjakan kasus.
Pentingnya Edukasi dan Sosialisasi yang Tepat
Banyak pihak menilai bahwa stagnansi ini bisa disebabkan oleh minimnya edukasi yang menyentuh akar masalah, atau karena masyarakat mulai mengalami kejenuhan informasi (information fatigue). Upaya pendekatan yang lebih humanis dan berbasis budaya lokal dinilai perlu digalakkan agar pesan protokol kesehatan lebih mengena dan diterima dengan baik.
Dosen komunikasi Universitas Syiah Kuala, Dr. Mahfud, menuturkan bahwa pendekatan komunikasi berbasis kearifan lokal sangat penting di Aceh. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan baliho dan poster. Harus ada komunikasi dua arah yang aktif, melibatkan tokoh masyarakat, ulama, dan pemuda,” ujarnya.
Peran Satgas dan Pemerintah Daerah
Satgas Covid-19 di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dinilai masih memiliki pekerjaan rumah besar dalam mengubah perilaku masyarakat. Selain meningkatkan pengawasan di tempat umum seperti pasar, tempat ibadah, dan sekolah, mereka juga diminta untuk terus melakukan kampanye berkelanjutan dengan pendekatan kreatif.
Pemerintah daerah juga perlu memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan dunia pendidikan, organisasi masyarakat, dan media lokal. Melalui sinergi ini, diharapkan sosialisasi tentang pentingnya protokol kesehatan bisa menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.
Respon Masyarakat yang Beragam
Di lapangan, respon masyarakat terhadap aturan protokol kesehatan cukup beragam. Ada yang masih sangat patuh, namun tak sedikit pula yang mulai longgar. Beberapa warga mengaku merasa bosan, sementara yang lain justru merasa sudah aman karena sudah divaksin.
Namun demikian, para ahli kesehatan menegaskan bahwa vaksinasi tidak membuat seseorang kebal 100 persen terhadap Covid-19. Protokol kesehatan tetap wajib dijalankan untuk melindungi diri dan orang lain, terutama kelompok rentan seperti lansia dan penderita penyakit penyerta.
Penutup: Harapan ke Depan
Ke depan, peningkatan kepatuhan terhadap protokol kesehatan perlu dijadikan prioritas utama. Pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama mengupayakan peningkatan kesadaran kolektif melalui berbagai strategi komunikasi yang efektif dan berkelanjutan.
Masyarakat Aceh, seperti halnya daerah lain, memiliki potensi besar untuk melawan pandemi jika mampu bersatu dalam kedisiplinan. Saatnya untuk memperkuat solidaritas dan saling mengingatkan bahwa pandemi ini belum selesai, dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih menjadi senjata utama dalam perjuangan ini.