Informasi Hoaks Kesehatan Lewat Peningkatan Literasi Digital
Di era serba digital seperti sekarang, arus informasi begitu deras mengalir di berbagai platform media sosial dan aplikasi pesan instan. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar bisa dipercaya, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam konteks ini, literasi digital menjadi kunci utama untuk membedakan antara fakta dan hoaks.
Informasi Hoaks Kesehatan Lewat Peningkatan Literasi Digital
Hal ini disampaikan oleh akademisi sekaligus pengamat media digital, Bevaola Kusumasari, dalam sebuah webinar bertajuk “Waspada Hoaks Info Kesehatan di Ruang Digital”. Acara ini merupakan bagian dari program edukasi yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, dan diadakan secara daring di Makassar, Sulawesi Selatan.
Pentingnya Melek Informasi Kesehatan
Menurut Bevaola, salah satu tantangan terbesar saat ini adalah penyebaran informasi palsu tentang kesehatan yang seringkali mengatasnamakan lembaga medis atau tenaga kesehatan tertentu. Informasi seperti itu biasanya dibuat dengan bahasa meyakinkan dan disebarkan secara luas, padahal tidak memiliki dasar ilmiah yang jelas.
“Banyak masyarakat kita yang mudah percaya hanya karena informasi itu datang dari grup WhatsApp keluarga atau teman dekat,” ujar Bevaola. Ia menambahkan bahwa minimnya kemampuan masyarakat dalam memverifikasi sumber informasi menjadi penyebab utama merebaknya hoaks kesehatan.
Hoaks yang beredar bisa berupa mitos pengobatan, klaim manfaat obat-obatan yang belum terbukti, hingga penyesatan tentang pandemi atau vaksin. Hal ini tentu sangat berbahaya karena bisa mempengaruhi keputusan medis seseorang dan membahayakan kesehatan publik.
Literasi Digital Sebagai Tameng
Literasi digital bukan hanya soal bisa menggunakan perangkat digital, tetapi lebih jauh dari itu—yaitu kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara bijak dan kritis. Dalam hal ini, masyarakat perlu belajar bagaimana cara menilai apakah sebuah informasi bisa dipercaya atau tidak.
Bevaola mengingatkan bahwa langkah awal yang bisa dilakukan adalah mengecek kredibilitas sumber. Misalnya, pastikan informasi datang dari situs resmi pemerintah, lembaga kesehatan dunia seperti WHO, atau media massa yang sudah memiliki reputasi baik.
Selain itu, perlu juga memeriksa apakah informasi tersebut sudah dikonfirmasi oleh pihak terkait. “Jika belum ada verifikasi resmi, sebaiknya jangan langsung dibagikan,” tegasnya.
Peran Pemerintah dan Komunitas
Webinar ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat dalam memerangi hoaks. Kominfo melalui Siberkreasi telah aktif menjalankan berbagai program literasi digital di berbagai daerah di Indonesia, dengan sasaran dari pelajar, guru, orang tua, hingga kalangan profesional.
Selain penyuluhan daring, program ini juga menyediakan modul dan pelatihan mengenai etika digital, keamanan digital, budaya digital, dan keterampilan digital.
“Hoaks tidak akan pernah bisa hilang 100 persen, tetapi kita bisa memperkecil dampaknya dengan membangun masyarakat yang cerdas digital,” ungkap salah satu narasumber webinar.
Cara Sederhana Menangkal Hoaks Kesehatan
Berikut beberapa tips praktis yang bisa diterapkan masyarakat untuk menghindari jebakan informasi palsu:
Cek Sumbernya
Jangan mudah percaya jika informasi tidak disertai tautan dari sumber resmi.
Periksa Gaya Bahasa
Hoaks sering kali menggunakan kalimat provokatif atau terlalu sensasional.
Bandingkan dengan Berita Lain
Cari informasi yang sama di media mainstream untuk memastikan validitasnya.
Jangan Langsung Sebar
Tahan diri untuk tidak membagikan informasi yang belum terverifikasi.
Gunakan Tools Pemeriksa Fakta
Manfaatkan situs seperti Turnbackhoax.id, Cekfakta.com, atau website Kominfo.
Penutup
Memerangi hoaks, terutama yang berkaitan dengan isu kesehatan, adalah tanggung jawab bersama. Literasi digital harus ditanamkan sejak dini agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu memanfaatkannya secara cerdas dan bertanggung jawab.
Dengan pemahaman yang baik tentang cara memilah informasi, diharapkan masyarakat tidak mudah terjebak dalam pusaran hoaks dan bisa mengambil keputusan kesehatan yang tepat berdasarkan fakta, bukan kabar burung.